Sebagai perempuan bekerja sekaligus ibu muda, mana yang lebih sebaiknya dipilih, mencari pekerjaan baru paruh waktu agar bias mengurus anak? Atau tetap bekerja demi karir, asalkan bisa menghasilkan pendapatan lebih besar dan membayar pengasuh? Anda prioritas keluarga atau karir?
Sejumlah survey di Inggris menemukan, ibu muda cemerlang cenderung memilih keluarga sebagai prioritas di atas karir. Pada 1998, hanya satu dari empat ibu muda yang mengaku kehilangan waktu bersama keluarga karena bekerja. Mulai 2006, semakin banyak perempuan yang merasa bersalah ketika harus memilih bekerja full time, yang akhirnya mengorbankan waktu bersama keluarga. Sedangkan dari penelitian majalah Elle terlihat bahwa kebanyakan perempuan menomorsatukan kehidupan keluarga dari pada kesuksesan kariernya.
Meskipun begitu, para ibu muda ini tetap memiliki dilema. Sekalipun menjadikan keluarga sebagai prioritas, tuntutan ekonomi dan pekerjaan membuat mereka tetap harus bekerja full time. Tujuannya tetap akan kembali untuk keluarga.
Sistem nilai kelakian, yang lebih mengedepankan kesuksesan karier sebagai bentuk realisasi atas diri, mau tidak mau diadopsi kaum hawa. Kaum elit pembuat kebijakan juga berperan atas dilema yang akhirnya banyak dialami kaum ibu muda ini. Tidak ada ruang bagi perempuan (ibu) bekerja untuk mendapatkan pilihan jam kerja yang lebih fleksibel, agar bisa membagi waktu dengan anak dirumah.
Bagaimanapun para ibu muda ini memiliki nilai yang disebut pakar psikoanalisis Susie Orbach sebagai kehendak bebas atas emosi dan melayani. Umumnya kaum ibu memiliki nilai ini seperti mengasuh anak, menjadi relawan di kegiatan social, atau kegiatan apapun yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Nilai seperti ini dimiliki kaum ibu sebagai bentuk realisasi dirinya. Memang tak bernilai ekonomi tinggi, seperti yang diincar kaum elit dalam dunia kerja.
Namun, jangan jadikan kekhawatiran dan perasaan bersalah tersebut menghalangi langkah anda untuk menjadi ibu sekaligus pekerja teladan. Berikut ini adalah sejumlah kiat untuk menyeimbangkan kehidupan rumah tangga dan pekerjaan anda.
Berbagi Tugas
Jangan menanggung sendiri beban pekerjaan rumah tangga anda. Sebaiknya, ajak suami untuk berbagi tugas dan tanggung jawab mengurus rumah dan anak-anak. Partisipasi sang ayah misalnya, membantu merawat anak yang sakit atau menggantikan anda yang berhalangan hadir ke acara pembagian rapor disekolah.
Selain itu, tugas anda juga akan menjadi jauh lebih ringan jika bisa mendelegasikan berbagai tetek bengek urusan rumah tangga kepada pembantu yang dipercaya.
Jadwal Fleksibel
Jika merasa sangat stress, minta atasan untuk mengatur kembali jadwal kerja anda dan diskusikan jika anda memerlukan tambahan waktu libur selama satu hari (jika mungkin dan tidak melanggar kebijakan). Hal ini mungkin akan berdampak pada pemotongan gaji, namun sepadan dengan waktu yang dapat anda habiskan bersama keluarga tercinta. Akan tetapi, jika permintaan tersebut tidak mungkin diajukan, coba pilih satu malam atau akhir pecan ketika anda dapat memfokuskan perhatian hanya kepada keluarga. Matikan laptop, tinggalkan ponsel dirumah, dan ajak buah hati bermain ditaman bermain atau tempat rekreasi keluarga. Selagi menjadi ibu yang hebat bagi anak-anak anda, sekaligusndapat mengisi ulang energy sehingga bisa bekerja dengan pikiran segar minus stress pada keesokan hari.
Temukan Perspektif
Ketika berada dikantor, anda barangkali setengah mati berharap saat ini sedang berada di rumah bersama buah hati. Akan tetapi, sebenarnya belum tentu anda akan merasa lebih puas jika berada di rumah sepanjang waktu. Menurut Dr. Leon Hoffman, Direktur Pacella Parent Child Center, banyak wanita karir berharap dirinya menghabiskan waktu di rumah bersama anak-anak, namun ketika di rumah mereka berharap bisa kembali bekerja dikantor.
Intinya, menjadi seorang ibu memang pekerjaan yang berat. Tetapi jika anda berhasil menemukan perspektif dari situasi tersebut, dan yakin dengan alasan anda bekerja atau memilih tinggal dirumah, anda dapat melewati hari terberat sekalipun tanpa terlalu merasa bersalah.
Kurangi Stres
Kabar baik bagi ibu yang bekerja. Sebuah penelitian menunjukkan, anak-anak yang pergi ke tempat penitipan anak tidak ditakdirkan untuk menjadi anak nakal. Sebagai study yang mengukur perkembangan lebih dari 6000 anak menemukan, anak-anak dengan ibu yang bekerja diluar rumah tidak mengalami kerusakan permanent akibat ketidakhadiran ibunya. Sementara itu menurut Ellen Galinsky, President Families and Work Institute, lebih banyak anak memilih orang tuanya tidak merasa terlalu stress dan lelah, daripada menghabiskan waktu bersama mereka selama 7x24 jam.
Di dalam edisi terbaru The American Psychoanalyst, Galinsky menulis, “Anak-anak peduli dengan kondisi orang tua yang tidak terlalu stress karena mereka peduli dengan waktu yang dihabiskan bersama” Jadi daripada terus khawatir memikirkan berapa jam yang dihabiskan bersama buah hati anda, lebih baik fokuskan perhatian untuk bersenang-senang bersama keluarga apabila anda sedang bersama mereka. Atau dengan kata lain meskipun waktu anda sedikit bersama keluarga tetapi tetap berkualitas.
Sumber : M.Times
Tidak ada komentar:
Posting Komentar