B |
iaya pendidikan yang tiap tahun selalu melonjak memang bikin banyak orang tua bingung dan cemas. Karena itu, anda sebagai orang tua perlu mengantisipasi hal ini sebelum si kecil memasuki bangku sekolah.
Orang tua rata-rata punya penghasilan, tapi belum tentu bisa mengalokasikan untuk tabungan dana pendidikan anaknya. Faktornya banyak, mulai dari beban biaya hidup, kesalahan pengelolaan keuangan keluarga, menganut gaya hidup yang kurang tepat, sampai inflasi.
Untuk itu harus ada sebuah perencanaan dana pendidikan, sehingga orang tua mampu membayar biaya pendidikan anak sesuai jenjang pendidikannya. Konsep dana pendidikan adalah orang tua menabung sepanjang jangka waktu dana pendidikan anak. Umumnya jenjang pendidikan anak adalah dari usia 4 tahun (playgroup) sampai usia 18 tahun, jadi sekitar 14 tahun. Orang tua harus menabung dalam jangka panjang, dan kemudian akan diambil sesuai jenjang pendidikannya, misalnya SD, SMP, dan seterusnya.
Tampaknya sederhana, tetapi praktiknya banyak tantangan karena jangka waktu 14 tahun itu jangka waktu yang lama. Inflasi yang terjadi selama 14 tahun itu bisa membuat dana pendidikan membengkak berkali lipat. Ini memberatkan pengalokasian penghasilan orang tua. Juga, rata-rata kenaikan biaya pendidikan tidak sama di berbagai daerah dan sekolah. Tergantung orang tua mau menyekolahkan anak dimana. Orang tua juga harus mempertimbangkan bakat dan minat anak.
Yang harus dipertimbangkan adalah kalau dana pendidikan tersebut berhenti di tengah jalan, karena orang tua lagi mampu menabung. Misalnya karena sakit, meninggal, kena PHK, dan sebagainya. Ini harus diantisipasi juga. Kriteria dana pendidikan yang berhasil adalah pada saat akan digunakan, jumlah dana pendidikan itu cukup, sesuai dengan kenaikan inflasi. Tinggal tergantung dimana orang tua akan menabung atau meninvestasikan dana pendidikan. Masalahnya, tidak semua orang tua paham bagaimana bisa menabung dengan efektif, karena itu berarti harus punya pengetahuan tentang produk-produk investasi. Bicara mengenai instrument financial, berarti kita harus memahami ada resiko dan return (tingkat keuntungan).
Dengan mempersiapkan keuangan keluarga sejak dini, maka saat anak memasuki jenjang sekolah, orang tua sudah memiliki pola keuangan yang teratur. Berikut adalah beberapa langkah yang perlu orang lakukan untuk mengelola anggaran untuk biaya pendidikan anak. Pertama-tama kita harus menyamakan dahulu visi antara anda dengan pasangan. Setelah itu, bentuklah kebiasaan keuangan yang baik. Kebiasaan keuangan yang baik akan menjadi fondasi yang kuat dalam mendukung sebuah Rencana Keuangan. Hal ini dapat dimulai dengan membuat rincian penghasilan dan pengeluaran bulanan. Agar lebih mudah, buat rincian pengeluaran dengan kategori berikut:
· Tabungan/ investasi rutin
· Cicilan utang
· Pengeluaran transportasi
· Bantuan keluarga/ social
· Pengeluaran anak
· Pengeluaran pekerja (pembantu/supir)
· Pengeluaran Life style/ pribadi
Perhatikan bahwa pengeluaran-pengeluaran diatas akan bertambah seiring dengan membesarnya keluarga anda. Ada beberapa pengeluaran yang perlu mendapat perhatian dalam mempersiapkan biaya pendidikan anak, yaitu:
· Kalkulasi dana pendidikan anak dari masa Pra sekolah hingga Perguruan tinggi. Dalam menentukan tujuan financial tadi, anda perlu melakukan riset kecil-kecilan. Untuk jangka waktu pendek, di bawah 3 tahun, anda masih dapat menabung rutin dari sisa penghasilan perbulan maupun dari penghasilan tahunan.
· Mulai belajar tentang investasi dan proteksi. Kebanyakan orang takut berinvestasi Karena satu masalah : tidak mengerti. Artinya, ini bisa dirubah dengan : belajar. Kebanyakan orang salah membeli produk karena terbawa emosi. Investasi yang paling mudah untuk dilakukan investor pemula adalah berinvestasi pada Reksadana. Investasi ini penting dilakukan untuk melawan inflasi yang mengikis nilai uang kita pada saat menabung. Apa yang perlu kita pahami saat menabung. Apa yang perlu kita pahami saat memulai berinvestasi? Ada tiga kata yang penting diperhatikan: Resiko, Tujuan dan Hasil. Pahami betul resiko yang terkandung dalam produk investasi. Anda perlu mengerti betul toleransi sebesar apa yang anda miliki ketika membeli produk-produk investasi sesuai tujuan financial.
Anak pertama beres, anak berikutnya?
Yang sering terjadi, ketika anak pertama lahir, orang tua memberikan yang terbaik untuknya, termasuk pendidikan. Begitu anak kedua dan berikutnya lahir, ini tak lagi berlaku karena factor financial yang tidak lagi memadai.
Seharusnya, pasangan suami-istri merencanakan mau punya anak berapa. Kalau Cuma satu, kok sepi. Tapi kalau tiga kok kayaknya berat. Sebetulnya ini tidak berhubungan dengan masalah financial. Mau punya anak satu atau 3 anak kan tidak bisa disalahkan? Jadi, pertimbangkan dulu ketika menikah mau punya anak berapa karena ini akan berkaitan dengan biaya yang akan dialokasikan. Kalau sudah mantap berapa jumlah anak yang direncanakan, maka akan jauh lebih mudah untuk mempersiapkan pendidikannya kelak. Bagaimana jika sudah terlanjur punya banyak anak? Ya, orang tua harus melakukan penyesuaian. Penyesuaian gaya hidup terutama, misalnya kalau anak pertama sekolah favorit, anak berikut mungkin tidak harus sekolah favorit, tanpa mengurangi kualitas. Juga gaya hidup lain seperti konsumsi, pakaian, mengurangi ke mall, dan sebagainya. Tujuannya supaya lebih banyak yang dialokasikan untuk dana pendidikan anak dengan pengendalian pengeluaran.
Sumber : M.Times, edisi Juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar